Apa Itu Psychological First Aid Gimana Kita Bisa Belajar?

Psychological First Aid

Psychological First Aid Waktu ikut terjun langsung ke lapangan di sebuah wilayah yang baru aja kena bencana, saya merasa benar-benar nggak siap. Bukan soal logistik, bukan soal tenaga. Tapi soal mental.

Saya masih ingat jelas satu ibu yang histeris kehilangan anaknya. Dia nggak butuh air minum. Dia nggak tanya makanan. Dia cuma duduk, gemetar, teriak, dan kadang diam dengan pandangan kosong. Dan saya? Jujur aja, saya berdiri di depannya, kaku. Nggak tahu harus ngomong apa, apalagi ngelakuin apa.

Dari situ saya sadar: saya bisa angkat galon, bisa bagi logistik, tapi saya buta soal bantuan psikologis. Dan itu bahaya. Karena kadang luka mental jauh lebih menghancurkan daripada luka fisik.


Saya Pertama Kali Tahu Soal Psychological First Aid Waktu Lihat Orang Panik dan Saya Nggak Tahu Harus Apa

Psychological First Aid

Jadi, Apa Itu Psychological First Aid (PFA)?

Setelah pulang, saya mulai cari tahu: Apa sih yang bisa dilakukan orang biasa kayak saya saat hadapi orang trauma?

Saya ketemu istilah Psychological First Aid atau PFA. Awalnya saya pikir ini semacam terapi darurat. Tapi ternyata bukan.

Psychological First Aid adalah bentuk pertolongan pertama psikologis. Tujuannya bukan menyembuhkan trauma, tapi membantu orang merasa aman, tenang, dan didengar saat mereka mengalami krisis atau bencana.

Bayangin kayak kotak P3K buat luka fisik. Nah, Psychological First Aid itu versi psikologisnya. Dan kabar baiknya: siapa pun bisa belajar PFA. Nggak harus psikolog, nggak perlu gelar. Cukup niat, empati, dan pelatihan dasar.


Prinsip Dasar Psychological First Aid Itu Sederhana, Tapi Kuat

Saya ikut salah satu pelatihan Psychological First Aid dasar secara online. Dan hal pertama yang saya pelajari adalah prinsip “Look, Listen, Link”.

  1. Look – Perhatikan situasi sekitar. Siapa yang butuh bantuan? Siapa yang terlihat paling terpukul?

  2. Listen – Dengarkan dengan empati. Tanpa menghakimi, tanpa menyela, tanpa maksa mereka cerita.

  3. Link – Hubungkan mereka dengan layanan yang bisa bantu lebih lanjut: medis, tempat aman, makanan, konselor profesional.

Kelihatan sederhana. Tapi pas praktek, ternyata susah banget nahan diri buat nggak buru-buru kasih nasihat. Saya belajar: kadang, nggak ngapa-ngapain dan cuma jadi pendengar yang tulus, itu justru yang paling dibutuhkan.


Saat Seseorang Trauma, Hal Kecil Bisa Jadi Penyelamat

Saya pernah mendampingi anak kecil yang kehilangan ayahnya. Dia nggak nangis. Cuma duduk diam dan terus pegang selembar foto yang udah kusam. Saya duduk di sampingnya, diem juga. Nggak langsung tanya “Kamu kenapa?” atau “Ayo cerita.”

Setelah 15 menit, dia mulai cerita pelan-pelan. Tentang ayahnya, tentang rumahnya yang hilang. Saya nggak banyak bicara. Saya cuma bilang, “Aku di sini.” Dan entah kenapa, itu cukup buat bikin dia merasa aman.

Dari situ saya makin yakin: Psychological First Aid bukan soal menyelesaikan masalah mereka. Tapi jadi orang pertama yang hadir dan bilang, ‘Kamu nggak sendiri.’


Gimana Saya Belajar Psychological First Aid dan Gimana Kamu Juga Bisa

Psychological First Aid

Saya belajar Psychological First Aid dari kursus daring gratis yang disediakan oleh IFRC, UNICEF, dan WHO. Selain itu, ada juga pelatihan lokal dari organisasi seperti PMI dan Save the Children.

Beberapa platform pelatihan yang bisa kamu akses:

Saya saranin mulai dari pelatihan yang singkat dulu, lalu ikut simulasi. Kalau ada komunitas relawan di kota kamu, coba ikut. Pengalaman langsung itu priceless banget.


Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang (Termasuk Saya Dulu)

Saya harus ngaku, waktu pertama kali turun ke lapangan, saya sering banget salah tanggapan. Contohnya:

  • Bilang “Yang sabar ya…” → Padahal orang trauma nggak butuh dinasehati.

  • Tanya “Kamu kenapa?” → Bikin orang makin cemas atau malu.

  • Coba hibur pakai humor → Nggak semua situasi cocok buat bercanda.

Setelah belajar PFA, saya tahu cara yang lebih baik adalah biarkan mereka ambil alih kontrol. Tanyakan: “Apa yang kamu butuhkan sekarang?” atau “Kalau kamu mau duduk di sini aja, aku temani ya.”


PFA Bukan Cuma Buat Korban Bencana

Yang bikin saya makin semangat belajar adalah waktu tahu bahwa PFA juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:

  • Teman yang baru kehilangan orang tua

  • Anak yang dibully

  • Tetangga yang terdampak PHK dan stres berat

Saya pernah duduk bareng teman saya yang baru aja cerai. Saya terapkan prinsip PFA, dan dia bilang, “Aku nggak nyangka kamu bisa dengerin tanpa sok ngasih solusi.” Padahal saya cuma nyimak dan bilang, “Aku ada buat kamu.”

Dan itu bikin saya yakin: semua orang seharusnya belajar PFA, bahkan yang nggak kerja di bidang kemanusiaan.


Pelajaran Terbesar: PFA Bukan Tentang Menjadi Penolong, Tapi Menjadi Teman

Psychological First Aid

Saya sempat mikir, kalau belajar PFA, saya jadi orang yang “hebat.” Tapi setelah beberapa pengalaman, saya sadar: ini bukan soal jadi penyelamat. Ini soal jadi manusia buat manusia lain.

Saya ingat satu ibu yang saya temani waktu dia histeris kehilangan rumah. Saya temani dia sepanjang malam, dan besok paginya dia bilang, “Kamu bukan bantu saya, kamu nemenin saya.” Dan buat dia, itu udah cukup.


Tips Pribadi Kalau Kamu Baru Mau Mulai Belajar PFA

Buat kamu yang baru mau belajar, ini beberapa tips dari saya:

  1. Mulai dari hati. Niatkan untuk benar-benar peduli, bukan jadi pahlawan.

  2. Lawan keinginan untuk kasih solusi instan. Lebih baik dengerin dulu.

  3. Belajar mengenali bahasa tubuh. Kadang orang nggak ngomong, tapi tubuhnya cerita.

  4. Jangan terlalu keras ke diri sendiri. Kamu bukan terapis, cukup jadi manusia yang hadir.

Dan yang paling penting: latihan. Karena empati juga butuh dilatih, sama kayak otot.


Saya Belajar PFA Bukan Untuk Jadi Ahli, Tapi Supaya Saya Nggak Lagi Diam Saat Orang Butuh

Psychological First Aid udah ngubah cara saya lihat trauma, krisis, dan manusia. Sekarang, setiap kali saya lihat berita bencana, saya nggak cuma mikir soal makanan dan obat. Saya mikir, ada berapa banyak orang yang malam ini nggak bisa tidur karena syok dan ketakutan?

Dan saya tahu, lewat PFA, saya bisa bantu mereka. Bukan menyelesaikan semuanya. Tapi jadi awal dari pemulihan.

Kalau kamu baca ini dan merasa tergerak, saya harap kamu mau belajar juga. Karena dunia ini butuh lebih banyak orang yang bisa hadir, mendengar, dan mengatakan: “Saya ada di sini. Saya temani.”

Baca Juga Artikel dari: Opini Publik: Kekuatan dan Pengaruhnya dalam Masyarakat Modern

Baca Juga Dengan Artikel Terkait Tentang: Economy

Author